Konsolidasi Nasional Mahasiswa Indonesia (Konami), yang bentrok dengan aparat keamanan di Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (27/3). Belum diketahui jelas penyebab bentrokan. Diduga, akibat mahasiswa menolak di-sweeping, kareng sebelumnya polisi berencana merazia para pengunjuk rasa Konami, sebelum sampai di Istana Merdeka karena ditakutkan membawa senjata tajam atau barang berbahaya lainnya.
Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Pol Suhardi Alius menegaskan, jajarannya akan men-sweeping massa Konsolidasi Nasional Mahasiswa Indonesia (Konami).
Pasca bentrokkan polisi mengamankan 35 orang dan saat ini tengah menjalani pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya. Akibat bentrokan, aksi lempar batu dan penembakan gas air mata di dekat Stasiun Gambir, Jakarta. Lima anggota polisi mengalami luka-luka lantaran terkena lemparan batu.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, menjelaskan kronologi pecahnya kerusuhan di Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (27/3/2012). Kejadian bermula saat sekelompok massa yang dicurigai hendak menuju Istana, kemudian polisi menghadangnya. "Kami memang curiga sebelumnya, saat mereka mau menuju Istana. Kemudian, kami lakukan sweeping, tapi mereka menolak. Mereka malah memprovokasi dengan melempar batu ke arah polisi," papar Rikwanto.
Korban Kericuhan Demo BBM di Gambir:
15 orang korban bentrokan mahasiswa dengan aparat kepolisian di depan Istana Presiden, Jakarta menjalani perawatan medis di Rumas Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Selasa malam (27/3/2012).
Nama korban yang terdaftar di IGD RSCM saat ini :
1. Fajar mahasiswa asal UNPAM
2. Makmun mahasiswa UNPAM
3. Pungky mahasiswa UNPAM
4. Erwin mahasiswa asal Palu, Sulawesi Tengah
5. Fariz asal Lenteng Agung
6. Ahmad Sofyan Mahasiswa UNPAM
7. Okki Mahasiswa IISIF
8. Alif al hafidi asal Bogor
9. Alan fitnur asal Cirebin
10. Moch taufik
11. Moh Imam Mahasiswa Paseban BSI
12. Idris Syahrian Satgas PDIP Bekasi
13. Ahmad Bagja asal Komplek Depag Tangerang
14. Bribtu Dhany asal Mako Den B Plopor Cipinang
15. Zein Mahasiswa asal Sulawesi.
Deddy Darwis (Universitas Muhammadiyah Jakarta) mengalami luka tembak di bagian dada saat berunjuk rasa di depan Istana Kepresiden, Jakarta, Selasa (27/3/2012). Deddy telah dilarikan ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Pusat.
Mahasiswa yang ditangkap Polisi di Gambir:
"Beberapa nama mahasiswa yang ditangkap pada aksi di Istana sore tadi adalah, Firmanto/IISIP-Jurnalis/2011, Rico Pramono/IISIP-Jurnalistik/2009, Andre Jonathan/IISIP-Jurnalistik/2011, Marinus Warabay/UBK-Ilmu Politik/2008," ujar Koordinator lapangan, Api dari UBK, Selasa (27/3/2012).
Pasca Bentrokan Demonstran merusak Pos Polisi Senen
Sejumlah orang melempari mobil patroli polisi lalu lintas dengan batu. Sebuah pos polisi pun menjadi sasaran amuk.
Aksi ini buntut dari bentrokan di depan Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (27/3/2012) sore. Demikian diungkapkan Kaurbinops Satlantas Polres Jakarta Pusat AKP Yusuf Supriyanto, di Pos Polisi Simpang Lima Pasar Senen.
"Kejadian sekitar pukul 17.30 WIB. Sepulang dari bentrok di Gambir, massa yang jalan kaki dari Hotel Borobudur ke arah Senen, tiba-tiba menyambit satu mobil Mitsubishi Kuda dan dua motor polisi," ujar AKP Yusuf saat ditemui wartawan, Selasa (27/3/2012).
PMII Makassar diadu dengan Preman
PMII merilis ke Tribun. mantan Ketua PMII Komisariat UIN Alauddin ini menyatakan, pihak kepolisian juga tidak menghargai masyarakat yang melaksanakan shalat.
"Teman-teman mahasiswa sempat meminta polisi menghentikan tembakan karena shalat sementara berlansung, tapi itu dibalas dengan tembakan gas air mata yang membabi buta sehingga mengganggu kekhusyu'an shalat berjamaah di Kampus UIN dan di Mesjid Perumahan BI yang bersebelahan dengan kampus."
Ada tiga korban dari mahasiswa akibat terluka terkena lemparan batu dan ada terkena busur.
Korban Demo BBM di Polonia Medan
Aksi Kongres Rakyat Sumatera Utara dibandara Polonia yang berujung bentrok dengan ribuan Brimob dan PHH poldasu dan dibackup oleh ratusan TNI AU dan TNI AD pada Senin (26/3/2012), berdasarakan data yang dipunya Tim Advokasi KRSU saat ini terpantau dua korban tembakan peluru karet dan gas air mata.
"Pertama Mantono (30) dari organisasi FRB luka pd bagian dada dirawat inap di RS Elisabet, Suwito 32 th dari organ SBSI 92 PK PT Indo Kencana Tamora luka pada bahu kanan dirawat di Klinik Mitra Sehat," ucap kordinator Kontras Sumut Muhrizal Syahputra yang tergabung dengan TIM Advokasi KRSU, Selasa (27/3/2012).
Ia sendiri menyesalkan adanya jatuh korban dari masa KRSU. Ia juga mengatakan, kedua korban tersebut, sebenarnya tidak berada dibarisan kedepan yang saat itu masa sedang terlibat baku hantam dengan pihak keamanan.
"Keduanya saat itu, sedang duduk memantau rekan mereka yang bentrok dengan kemanan, seperti martono yang saat itu sedang duduk di marka jalan dekat Petronas," jelasnya.
Sedangkan, Jumaida Hutahuruk (26) dari organisasi Perempuan Mahardika mendapatkan luka seperti lemparan pada lengan kanan. Dan Eris mahasiswa FISIP USU luka lebam karena pengeroyokan.
Senada juga disampaikan ketua SPSI 1992 Pahala Napitupulu, ia mengatakan, anggotanya yang terkena tembakan suwito saat itu tidak ikut dengan aksi masa yang sedang bersitegang dengan polisi.
"Suwito saat itu, hanya berdiri-diri melihat masa dengan polisi saling baku hantam dekat petronas, namun dirinya juga terkena peluru karet," terangnya.
Pantauan Indonesia Police Watch atas tindakan Polisi
Indonesia Police Watch (IPW) mengecam keras aksi represif Polri dalam mengendalikan aksi demo mahasiswa di Gambir, Jakarta Pusat, Selasa sore ini.
Dari pantauan IPW di lapangan, Polri sangat tidak profesional dan cenderung memprovokasi mahasiswa. Berkaitan dengan itu IPW seudah menyampaikan protes kepada Kapolri dan meminta Kapolda Metro Jaya segera dievaluasi.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch(IPW), Neta S Pane mengatakan dalam mengatasi aksi demo, aparat di lapangan tidak dilengkapi water canon yang memadai. Akibatnya, aparat lebih mengedepankan gas air mata berapi dan peluru karet. Akibatnya mahasiswa menjadi terprovokasi untuk melempari polisi dengan batu.
"Water canon yang dikerahkan Polda Metro adalah water canon abal-abal, dgn daya tembakan air hanya dua hingga tiga meter dengan tekanan rendah. Mahasiswa yang disemprot bukannya mundur, mereka malah seperti main air mancur," kata Neta dalam siaran persnya, Rabu(28/3/2012).
Gaya penanganan aksi massa yang jauh dari harapan ini kata Neta harus segera dievaluasi, baik oleh Kapolri, DPR maupun Menko Polhukam.
"Jika cara-cara ini dibiarkan, akan banyak korban berjatuhan karena polisi di lapangan lebih mengandalkan sikap represif dan bukan persuasif," pungkasnya.
Catatan dari KONTRAS
Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) prihatin atas bentrokan yang terjadi hari ini, Selasa 27 Maret 2012. Kontras mencatat hari ini di Jakarta terdapat 5 lokasi yang menjadi pilihan peserta aksi dalam mengungkapkan kebebasan berekspresi mereka.
"Kami menilai, keempat lokasi utama tersebut mampu dikelola kondisi dan situasi keamanannya. Namun demikian, di lokasi kelima dan lokasi terakhir sebelum sampai ke titik strategis Istana Presiden RI (titik Gambir), gesekan antara massa demonstran dengan aparat kepolisian tidak bisa dihindari," kata koordinator Kontras Haris Azhar dalam keterangannya, Selasa (27/3/2012)
Kontras mencatat beberapa bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan aparat polisi. Pelanggaran HAM, kata Haris, terlihat saat penembakan dengan senjata gas air mata, penyemprotan dengan water cannon, penangkapan, penyerangan, perampasan kamera dan memory card milik jurnalis, dan pengejaran demonstran hingga ke pemukiman penduduk. "Puluhan orang ditangkap dan ditahan di Polda Metro Jaya. Puluhan lainnya juga terluka dalam insiden ini," imbuh Haris.
Di wilayah lain, seperti Sumatera Utara, 2 orang tertembak peluru karet, 2 orang lainnya dipukul dan 2 jurnalis dikeroyok oleh Satuan Brimob dan PHH Polda Sumatera Utara pada tanggal 26 Maret 2012. Polisi, lanjut Haris, juga menggunakan instrumen kekerasan berlebih untuk memukul mahasiswa di Kota Samarinda pada hari ini.
"Menariknya, Kontras juga menemukan keberadaan anggota Kodim 0501 di Gambir dalam melakukan pengarahan pengamanan aparat polisi hingga selesai," tuturnya.
Haris mengatakan semestinya, bentrokan sore di Gambir bisa dihindari, jika aparat kepolisian tetap memegang prosedur pengamanan secara konsekuen, sebagaimana yang telah diterapkan di empat titik lainnya. "Kami mengukur setidaknya terdapat 4 peraturan internal (baik Peraturan Kapolri maupun Prosedur Tetap) yang tidak dijadikan acuan dalam pengamanan di titik terakhir (Gambir)," ujarnya.
Pertama, kata Haris, Perkap Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pengendalian Massa. Aparat polisi di lapangan telah melanggar Pasal 7 ayat (1), di mana aparat polisi telah bersikap arogan dan terpancing emosinya oleh perilaku massa demonstran. Aparat polisi juga telah mengucapkan kata-kata kotor, memaki-maki massa demonstran.
Kedua, Perkap Nomor 9 tahun 2008 tentang Tata Cara penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan dan Pengamanan Perkara Penyampaian Pendapat di Muka Umum, yang menegaskan bahwa polisi wajib dan bertanggung jawab untuk melindungi hak asasi manusia. Di mana Perkap ini juga ditegaskan dalam Perkap Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian.
Aparat polisi telah melanggar prinsip-prinsip penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian, khususnya prinsip nesesitas (polisi benar-benar dihadapkan pada suatu kondisi yang mengharuskan menerapkan kekerasan dan senpi saat menegakkan hukum) dan proporsionalitas (penggunaan kekerasan dan senjata api didasari tujuan yang dicapai dan tidak melebihi batas, hanya saat sangat dibutuhkan).
Keempat, jaminan perlindungan HAM juga diatur dalam Perkap Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tindakan berlebih dalam melakukan pengamanan unjuk rasa yang masih dilakukan aparat kepolisian di Jakarta dan wilayah lainnya di Indonesia, kata Haris, menunjukkan bahwa Polri telah keluar dari prinsip-prinsip keperluan proporsionalitas dan aturan-aturan intenal. Menurut Haris polisi masih menunjukan wajah anti rakyat. Haris mengatakan pihaknya meminta Polri untuk bertindak secara terukur, taat prosedur dan melakukan pendekatan persuasif terhadap aktivitas demonstrasi terkait kebijakan BBM jelang 1 April 2012.
"Kontras akan memantau terus aktivitas pengamanan baik yang dilakukan di Ibukota dan kota-kota lainnya. Termasuk keterlibatan TNI dalam melakukan pengarahan pengamanan untuk keputusan kebijakan BBM ini," pungkasnya.
TNI melindungi Mahasiswa yang Demo BBM di Pejambon
Tentara Nasional Indonesia (TNI) membuktikan diri sebagai tentara rakyat, seperti yang diharapkan oleh Jenderal Besar Sudirman. Hal itu dibuktikan ketika TNI melindungi mahasiswa yang dipukul mundur oleh polisi ke Pejambon.
"Ini membuktikan TNI adalah tentara rakyat," kata Koordinator Komite Aksi Rakyat Teritorial, Bungas Thomas Fernando Duling dalam perbincangan kepada LICOM, Selasa (27/3/2012) malam, di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Jl Salemba, Jakarta Pusat.
Jenderal Soedirman memang sempat mengatakan, TNI pada hakekatnya berasal dari rakyat. Oleh karenanya, TNI tidak boleh menjadi alat penguasa dan partai. Dan dalam konteks demonstrasi tadi, mahasiswa berada dalam jalur membela kepentingan rakyat dengan melawan SBY-Boediono yang semakin mencekik rakyat dengan menaikkan harga BBM.
Diketahui, warga Komplek Batalyon Perhubungan TNI AD memukul mundur polisi yang mengejar mahasiswa ke dalam komplek yang terletak di Pejambon. Bahkan, diantaranya masih memakai seragam lengkap tentara.
Selain itu, Nando menegaskan, bahwa dirinya mendukung penuh perjuangan mahasiswa Konami. "Tetap semangat dalam maklumat yang telah dihasilkan dalam konsolidasi itu," ujarnya.
Salah satu bunyi maklumat adalah cabut mandat MPR/DPR, turunkan dan adili seadil-adilnya SBY-Boediono.
Hapus gambar kamu
Bukan hanya mahasiswa yang dirusuhi oleh aparat. Dalam aksi di depan Jl Merdeka Utara, wartawan pun menjadi korban kebringasan polisi.
Wartawan Harian Lampu Hijau, Rizki Sulistyo diintimidasi oleh aparat keamanan. Ia yang sedang meliput demonstrasi, nyaris diambil kameranya lantaran ikut mengabadikan momen bentrokan tersebut.
Rizky menGATAKAN, kejadian itu terjadi ketika mahasiswa yang mengatasnamakan diri Konsolidasi Nasional Mahasiswa Indonesia (Konami) dipukul mundur ke samping Gereja Imanuel Mas, Pejambon.
"Sewaktu polisi lagi nyisir mahasiswa," katanya di depan stasiun Gambir, Jakata Pusat, Selasa (27/3/2012).
Polisi memaksanya menyerahkan kamera DSLR, meski ia sudah berteriak dan menunjukan ID Card miliknya. Malahan, makin banyak polisi yang mengerubungi dirinya. Rambut Rizky yang gondrong pun sempat dijambak.
"Petugas kemudian teriak "Hapus gambar kamu". Tapi saya cuekin. Daripada kenapa-kenapa, saya lalu merapat ke kerumunan fotografer. Polisi kemudian meninggalkan saya," jelasnya.
Via:
- Ini Kronologis Kerusuhan di Gambir Versi Polisi
- 15 Nama Korban Bentrok Istana Presiden di RSCM
- Korban Bentrok di Gambir: 13 Dirawat di RSCM, 4 Diamankan
- PMII: Kami Diadu dengan Preman
- Martono Masih Sesak Nafas Pasca Tetembak
- Mahasiswa UMJ Tertembak Polisi Saat Unjuk Rasa di Istana
- Demonstran Hancurkan Pos Polisi Seusai Bentrok Gambir
- IPW Kecam Aksi Represif Polisi di Gambir
- Kontras: Atasi Pendemo Polisi Sudah Melanggar HAM
- Mahasiswa Bentrok dengan Polisi di Gambir
- Lindungi Mahasiswa, TNI 'Pukul Mundur' Polisi
- Tak Hanya Mahasiswa, Wartawan Juga Jadi Sasaran Polisi
No comments:
Post a Comment